Setiap kejadian yang kita alami hari demi hari, jam demi
jam, bahkan detik per detik, pun tidak luput dari pengawasan dan pengetahuan
Allah SWT. Begitupun dengan apa yang ada disekitar kita. Semuanya dapat dijadikan
ilmu untuk melalui skenario hidup yang Allah gariskan agar kita tetap merasakan
kedekatan bersama-Nya.
Begitupun pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk
sedikit menengok kebelakang apa yang terjadi di semester 5 yang telah berlalu,
ada kah hal luar biasa yang telah saya lakukan? Sejatinya tak lain hanya syukur
yang layak saya haturkan pada Dzat yang Maha Agung, Allah Subhanallahu wa
ta’ala. KarenaNya kalimat ini pantas untuk kita renungkan “Maka, Nikmat Tuhan mana lagi yang enggau dustakan ?”-Al Ayat.
Saya kan memulainya dari kabar gembira yaitu telah
keluarnya pengumuman penerima beasiswa Scholars Bazma Pertamina angkatan 3. Pagi
itu semua orang dalam grup WhatsApp kelas sedang heboh mengucapkan selamat,
sempat bingung ketika membuka chat-an grup itu, sebab hari itu bukanlah hari
ulangtahunku, hingga ke grup sebelah. Al hasil aku pun mencoba memberi
pengertian bahwa hari itu bukanlah hari ulangtahunku dan ku sampaikan
terimakasih atas ucapan dan doa-doa terbaik yang telah teman-teman sampaikan,
hingga ada seorang teman yang mengatakan “selamat ya nun, dapet beasiswa dari
Bazma”. Allah, Engkau maha mendengar lagi maha pengasih. Dengan hati yang
berdebar, aku segera mencari tahu ke-validan dari informasi yang ku dapat
dengan membuka situs resmi Bazma, dan ooooh Tuhan, Beribu kali ku bersyukur.
Sontak ku berlari mencari emak, di dapur tak ada, ku cari
keluar rumah sambil berteriak memanggilnya. “Ema, emi, ummiiii, Alhamdulillah
anakmu ini dapat kesempatan dari Allah buat menerima beasiswa dari Bazma mak”.
Kesenangan penuh haru ketika mendengar kabar gembira itu, emak yang sedang
mencuci panci, tersungkur dan menengadahkan tanganya ke atas seraya mengucap
syukur atas nikmat Tuhan yang Maha mendengarkan doa-doanya. “Alhamdulillah Ya Allah,
nun seengganya ini dapat meringankan beban hidup keluarga nun” “iya mak, doakan
anakmu agar amanah terhadap kepercayaan ini”.
Kabar gembira dipagi hari itu membuatku semakin
bersemangat untuk kuliah menjelang pertengahan semester. Ini adalah hal luar
biasa dalam hidupku, mendapatkan beasiswa adalah hal yang ku dambakan sejak
pertama memutuskan untuk kuliah. Bisa mendapatkan beasiswa dari luar kampus
adalah target pencapaian yang ku tuliskan dalam papan resolusiku tiap tahun.
Sekali lagi ku sampaikan, ini adalah hal luar biasa dalam hidupku, ketika Tuhan
menakdirkan aku sebagai orang pilihaNya dari sekian banyak mahasiswa yang
berasal dari berbagai kampus ikut berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa,
aku telah mantap dengan optimis Allah akan jatuh cinta padaku dengan menjadikan
BAZMA Pertamina sebagai perantaranya.
Tak sampai disitu, sekalipun tak banyak hal luar biasa
yang telah ku lakukan semasa duduk di semester lima. setidaknya ada upaya yang
telah ku coba untuk membuat hal luar biasa itu. Apakah itu ? ya, selain
aktifitas kuliah dikelas fokusku pun
terbagi pada tanggung jawab sebagai Human
Capital Management atau yang biasa disebut sebagai Pengembangan Sumber Daya
Mahasiswa dalam wadah organisasi kampus Kelompok Studi Ekonomi Islam IsEF SEBI.
Ruang lingkup kerjaku tak semata-mata pada organisasi ku yang diurus, melainkan
juga SDM-SDM yang ada di SEBI. Bertanggung jawab sebagai Steering
Committee pada setiap kepanitian,
baik kepanitian yang skalanya internal kampus hingga skala internasional. Mengadakan program kegiatan yang dapat meningkatkan skill
pengurus, Melakukan upgrading
pengurus terkait kafaah keislaman,
ekonomi Islam, team building, leadership dan menajerial, Controlling dan evaluasi kinerja pengurus serta membuat konsep kaderisasi.
Hal menarik dan luar biasa dari peranku sebagai Human Capital Management adalah tuntutan. Ya, sudah barang tentu adanya tuntutan
yang harus ku nikmati dari berbagai pihak untuk selangkah dua langkah lebih
maju dari anggota pengurus biasa lainnya. Menjadi Human Capital Management bukan pilihan yang diminta, melainkan suatu kepercayaan yang dengan sengaja
Tuhan berikan untuk aku, itu berarti adanya tingkat kepercayaan orang banyak
terdapat diriku untuk mampu memberikan tawaran solusi atas setiap problem solving yang akan atau tengah
dihadapi. Ini adalah salah satu wadah untuk kembangkan potensi bagi
diriku.
Dari tuntutan itu ada hal luar biasa yang telah aku
lakukan disetengah kepengurusan saat semester
5 lalu, yaitu kotribusi ku sebagai Steering Committee dalam menyukseskan beberapa kepanitiaan yang ada dikampus seperti masa
orientasi kampus atau biasa yang disebut program pengenalan kampus, milad
kampus, Acceleration
Of Sharia Economics – Intelligences (Acces-I), dan Study Visit Malaysia
& Singapur. Peran hanya sebagai Steering Committee memang tidaklah langsung
terjun dalam mempersiapkan semua kebutuhan kegiatan seperti panitia-panitia
inti lainnya, hanya saja ada tanggung jawab lebih. Dalam perjalanan panjang
menuju hari H, aku dan rekan-rekan Steering Committee lainnya melakukan
monitoring perkembangan acara, monitoring panitia, serta menghubungi
pihak-pihak yang dianggap penting untuk mendukung berjalan suksesnya setiap acara
kami kala itu.
Namun demikian, tak adil jika aku hanya fokus kuliah dan
pada organisasi kampus saja padahal
sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana pada tulisan sebelumnya dalam essay “inilah
Nuraini bagi masyarakat”, “...Sejak kecil
cita-cita saya sederhana, ingin membahagiakan orangtua dan keluarga, menjadi
orang bermanfaat dan kelak dikemudian hari ingin membawa masyarakat desa ini ke
peradaban yang jauh lebih baik. Ya,, “menuju peradaban yang jauh lebih baik”,
entah kata apa yang jauh lebih tepat, namun saya senang menggunakan kata-kata
itu. Peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa”.
Peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk
memakmurkan dirinya dan kehidupannya....” Maka untuk menuju peradaban yang
jauh lebih baik itu, aku sangat membutuhkan pembekalan dan ikhtiar yang
maksimal, akan tetapi ini bukanlah proses yang singkat. Aku tidak bisa sendiri,
sehingga aku berfikir untuk memulainya dari hal terkecil.
Tak tertinggal untuk mencapai cita-cita sederhana itu,
ada hal luar biasa yang telah aku lakukan dan inshaAllah akan terus berjalan yaitu mengajar TPA, karena
sebaik-baiknya belajar adalah mengajar, ini adalah upaya aku dalam membina
karakter dan akhlaq anak didikku, tak semata-mata untuk mentransfer ilmu agar
mereka bisa membaca dan menulis melainkan juga mentransfer nilai agar mereka
menjadi anak yang sholeh dan sholihah.
Dan atas segala keterbatasan disertai
keyakinanku. Hal yang ku anggap luar biasa telah ku lakuakan semoga mampu
membawa suatu perubahan yang jauh lebih baik lagi bagi hidupku dan orang
banyak.
Sekian ,, (Nuraini)
Komentar
Posting Komentar