Proses pengembangan diri dari hati adalah
pengembangan atau pembinaan yang dimulai dengan pembinaan hati. Proses
pengembangan dari hati dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
dengan silah qawiyyah billah yaitu
menjaga hubungan yang kuat dengan Allah swt., salah satu caranya adalah melalui
ibadah-ibadah nafilah, dengan memperbanyak shalat malam, shaum sunnah, membaca
Al-Qur’an, dan muhasabah (introspeksi diri). Jadi, ada hubungan yang kuat
dengan Allah swt., jika silah qawiyyah ini telah dilakukan secara konsisten dan
teratur, maka harus terjabarkan dalam hubungan yang baik antarindividu
orang-orang beriman. Untuk membina hubungan yang baik antar sesama muslim perlu
dilakukan tindakan-tindakan nyata. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa jika
seseorang bersilaturahmi kepada saudaranya tanpa motivasi apapun kecuali hanya
ingin menghubungkan tali persaudaraan, maka kemudian Allah berfirman kepada
para malaikat, “ Wahai para malaikat, catatlah setiap langkah hamba-Ku ini.
Hamba Ku telah berziarah kepada-Ku”.
Kedua, melaksanakan atau memperhatikan hak-hak sesama muslim (huquuqul
muslim). Dalam hadits dikatakan, sesama muslim jika bertemu mengucapkan salam, jika diundang
memenuhinya, jika sakit menjenguk, jika meninggal dunia diantarkan ke
kuburannya, dan sebagainya. Tidak mungkin dapat dibina kesatuan umat tanpa
didahului dengan upaya menjalin silaturahmi. Tidak dapat berbicara dalam
tataran yang tinggi tentang kesatuan umat dan kesatuan jamaah, tanpa harus merealisasikannya
dalam praktik kehidupan keseharian karena bagaimanapun ukhuwah islamiah
merupakan hasil sebuah proses yang dilakukan terus-menerus dengan upaya nyata.
Harus diingat bahwa ukhuwah tidak terlepas
dari faktor terbinanya hubungan yang kuat antara seorang hamba dan Allah. Tidak
mungkin orang beriman dapat menciptakan suatu hubungan yang baik dan harmonis
dengan orang yang tidak pernah shalat karena sekali lagi, masalah kasih sayang
dan kecintaan yang menjadi unsur perekat ukhuwah merupakan perkara hati, dan
hati adalah milik Allah, bukan milik manusia. Allahlah yang mampu
membulak-balik hati manusia untuk menyukai, menyayangi, mencintai atau
membenci, dan sebagainya.
Ketiga adalah ta’aawun (tolong-menolong). Ta’aawun
ini sangat diperintahkan oleh ajaran islam. Sikap dan perbuatan tolong-menolong
ini akan memperkuat ikatan ukuwah. Ta’aawun dapat diimplementasikan dalam bentuk
menolong tetangga kesulitan, ikut mencarikan jalan keluar bagi saudara yang
kebingungan, menolong sesama dikala sakit, atau hal-hal lain yang sangat banyak
dan biasa terjadi dalam hidup bermasyarakat. Hal ini akan sangat besar
pengaruhnya bagi terjalinnya ukhuwah. Dalam salah satu hadits dikatakan :
“Barangsiapa memudahkan urusan orang yang sedang dilanda kesulitan, maka Allah
akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup aib seorang
muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan
memberikan pertolongan kepada hamba-Nya selama hamba itu mau memberikan
pertolongan kepada saudaranya.” ( HR Muslim )
Komentar
Posting Komentar