Membangun Desa Binaan Menuju Peradaban yang Jauh Lebih Baik
Essay : inilah Nuraini bagi Masyarakat
Perkenalkan
nama saya Nuraini, saya anak bungsu dari lima bersaudara. Meskipun sebagai anak
bungsu, sejak kecil saya biasa membantu semua pekerjaan ibu termasuk berjualan
nasi bungkus dirumah untuk tambahan biaya sekolah saya dan ketiga kakak saya
kala itu, juga membantu bapak menyiapkan dagangan yang bisa dijual di pasar. Terlahir
dari keluarga yang sederhana, yang semuanya serba pas-pasan tidaklah menyurutkan
semangat saya dan ke dua kakak saya untuk mengenyam pendidikan. Keadaan inilah
yang menjadikan saya lebih mandiri.
Namun,
Tuhan telah berencana lain, dan saya tidak kecewa dengan keadaan keluarga saya
saat ini. Genap sudah delapan tahun ayah saya telah wafat menghadap kepada Sang
Khalik, tinggalah anak-anaknya yang besar ditangan ibu yang sakit-sakitan. Karena
usianya yang tak lagi muda dengan kondisi sakit-sakitan, maka saya yang
menggantikan posisi beliau dari merawatnya hingga mengerjakan pekerjaan rumah,
akan tetapi ibu sangat pengertian, ia tidak menyerahkan semua pekerjaannya
dikala saya tengah banyak tugas-tugas kuliah . Kakak ke-3 lah yang mengambil
peran bapak setelah beliau tiada, yang mana saat itu beliau baru tamat sekolah
tingkat atas (SMA) manjadi kepala keluarga yang harus membiayai kehidupan
sehari-hari dan berobat ibu. Alhamdulillah,
bersama kakak saya, hingga kini saya masih bisa kuliah, dan tidak kehabisan
akal saya pun harus bisa berangkat dan pulang kuliah dengan ongkos yang ada.
Hanya saja deadline pembayaran SPP
yang saya dan keluarga khawatirkan, akan tetapi sejauh ini sebisa mungkin saya
bayar tepat waktu.
Sejak
kecil cita-cita saya sederhana, ingin membahagiakan orangtua dan keluarga,
menjadi orang bermanfaat dan kelak dikemudian hari ingin membawa masyarakat desa
ini ke peradaban yang jauh lebih baik. Ya,, “menuju peradaban yang jauh lebih baik”,
entah kata apa yang jauh lebih tepat, namun saya senang menggunakan kata-kata
itu. Peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa”.
Peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk
memakmurkan dirinya dan kehidupannya.
Maka
sebagai agen of change, yang tinggal
di pinggiran kabupaten yang termasuk daerah tertinggal ini, tidaklah menjadi
hambatan saya menggapai cita-cita saya. Sejak duduk dibangku sekolah dasar (SD)
saya sudah memantapkan diri sebagai sang juara, Alhamdulillah berkat kerja keras saya dalam belajar, dan keaktifan
saya dikelas maupun diluar kelas mampu membawa saya masuk dalam peringkat tiga
besar, dari kelas 3 sekolah dasar (SD) sampai dapat saya pertahankan hingga
sudah ditingkat sekolah menengah kejuruan
(SMK). Dan kini saya telah menjadi mahasiswa, tidak ada lagi peringkat kelas,
namun dengan mempertahankan nilai IPK diatas 3,5 adalah sebuah prestasi bagi
saya. Tidak hanya itu, saya pun pernah 2 kali mengikuti perlombaan business plan, dan Alhamdulillah walaupun hanya masuk sebagai finalis 10 besar tidak
sama sekali saya kecewa dan putus asa, pun demikian pada perlombaan-perlombaan
lainnya yang pernah saya ikuti, walau gagal tidaklah lagi-lagi saya kecewa, itu
semua hanyalah sebagai permulaan bagi saya untuk sukses menjadi pemenang sejati.
Sebagai
mahasiswa semester lima, selain semangat belajar saya juga semangat berorganisasi. Saat ini saya tengah
menjalankan amanah sebagai staff divisi pengembangan sumber daya manusia, disalah
satu organisasi kampus yaitu Kelompok Study Ekonomi Islam yang merupakan tantangan
menyenangkan bagi saya. Sekarang masuk kepengurusan periode kedua, satu periode
dikepengurusan pertama banyak hal yang
bermanfaat bagi pengembangan diri saya, dari upgrade Skill, militansi dan ruhiyah. Tidak sampai disitu,
tentunya keberadaan saya berharap menjadi bermanfaat bagi orang banyak.
Segala aktifitas saya tidak hanya terbatas dilingkungan kampus dengan lebel
mahasiswa. Demi mencapai cita-cita saya membangun desa
binaan, saya memulainya dengan mengajar
TPA di lingkungan tempat tinggal saya, membentuk pengajian remaja putri, dan
ikut serta pengajian majelis ta’lim ibu-ibu. Upaya ini saya lakukan sebagai
wujud bina akhlak, untuk mengelola sumber daya insani yang tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan. Sebab permasalahan mendasar ada pada krisis akhlak,
banyak terjadi kenakalan remaja akibat ini, orang tua pun belum paham akibat
dari perkembangan zaman , sehingga tidak memberikan pondasi yang kuat dalam
mendidik anaknya. Jika krisis akhlak ini dibiarkan akan berakibat fatal bagi
lingkungan dan umat. Terlebih lagi kalau rusaknya akhlak tersebut tidak segera
mendapat perhatian atau usaha untuk mengendalikan dan memperbaikinya.
Bagaimanapun akhlak dan perilaku suatu generasi akan sangat menentukan terhadap
akhlak dan perilaku umat-umat sesudahnya. Oleh karena itu, tidak salah jika
memposisikan faktor lingkungan dan pendidikan yang mempengaruhi perkembangan
pribadi. Maka dengan inilah cara saya untuk mengendalikan dan memperbaikinya.
Bersama guru dan adik-adik TPA Nurhasanah & Remaja putri
Kedepannya
saya berharap dapat melakukan lebih. Yaitu dengan program bina usaha, yang merupakan program kerjasama
dengan masyarakat dan organisasi pemuda desa membentuk kelompok usaha.
Mayoritas masyarakat disini adalah buruh dan pekerja kasar, bahkan banyak pula
penganggurannya. Namun demikian ada sebagian kecil masyarakat yang memiliki
usaha dibidang peternakan, perikanan, dan home
industry. Usaha ini sangat berpotensi bila dikembangkan oleh kelompok usaha
yang sesuai bidangnya. Setelah terbetuknya kelompok usaha ini, awalnya akan
diajarkan terlebih dahulu cara mengelola usaha yang baik secara gotong-royong
dan ta’awun atau tanggung renteng.
Termasuk cara mengelola keuangan usahanya secara profesional dan memperoleh trust fund.
Setelah terbentuknya kelompok usaha, program kerja selanjutnya adalah
bersinergi. Bina sinergi antara aparat pemerintah daerah dan desa, tokoh masyarakat,
dan masyarakat umum lainnya untuk membentuk Koperasi Syariah Desa yang
beranggotakan seluruh warga desa atau minimal seluruh KK di desa. Dengan adanya
koperasi syariah desa ini, diharapkan dapat terpenuhinya sumber permodalan
kelompok usaha, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta turut membangun
tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai prinsip islam.
Bila sudah terbentuk akhlak yang baik, jiwa entrepreneur, desa yang mandiri maka terciptalah sebuah peradaban
baru. Harapannya dari itu semua dapat tercipta lapangan pekerjaan, tidak ada
lagi anak yang putus sekolah, terlahirnya 1 rumah 1 sarjana, dan marsyarakat
yang memiliki akhlakul kharimah. Maka
inilah impian saya, yang ingin membentuk desa binaan menuju peradaban yang jauh
lebih baik.
Dan atas segala keterbatasan saya, disertai keyakinan saya. Yang saat sekarang
ini saya turut serta sebagai penggerak dalam bina akhlak, meningkatkan prestasi
dari bidang akademisi maupun non akademisi, serta sebagai aktifis kampus juga
aktifis kampung, mampu membawa suatu perubahan yang jauh lebih baik lagi bagi
hidup saya dan orang banyak.
Sekian
,,
Komentar
Posting Komentar